Harno, Berjualan Uduk Beri Pelajaran Berharga untuk Ikhlas

Catatan Suryadi dari Pojok Luar Tembok RSUD Pasar Rebo, Jaktim (Kamis, 9/2/2023).

LAKI-laki itu bukan santri, apalagi ustadz berilmu agama tinggi atau orator yang melalui pekiknya mampu bangkitkan emosi dan gerak massa.

Ia Suharno, usia 40-an tahun, penjual nasi uduk dan nasi kuning di tikungan lorong luar tembok belakang RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Pelajaran mahal ia berikan kepada siapa pun. Bukan lewat omongan, melainkan tindakan nyata.

“Kalau Jumat besok (10/2/23) lebih pagi ya Pak. Sebab, jam 10 kami sudah tutup,” kata Suharno. Kok?

Rupanya, setiap Jumat, dia menggratiskan kepada setiap pengunjung yang makan di tempat. Bagi pembeli yang membungkus cuma dia kenakan Rp3.000,-

Di hari-hari biasa, pengunjung makan di tempat cukup bayar Rp7.000 untuk sepiring nasi uduk atau nasi kuning. Ini sudah termasuk sebungkus kecil kerupuk dan sepotong goreng-gorengan, seperti bakwan atau tahu isi (tahu bunting)

Dengan caramu ini, apa yak kau cari Suharno? “Tidak cari apa-apa Pak. Saya cuma cari ridla Allah agar saya kuat hidup mandiri,” kata Suharno.
***

SUHARNO tinggal di Kawasan belakang RSUD Pasar Rebo sudah sejak tahun 2000. “Selepas berjualan, saya bekerja pada orang lain,” ungkap Harno

Sejak lima tahun lalu, ia berjualan nasi uduk dan nasi kuning berikut berbagai goreng-gorengan olahan sang istri

“Alhamdulillah, saya punya anak dua orang, satu ikut Mbahnya di kampung,” kata Harno

Seorang lagi? Yang sulung sekarang sudah smester 6 Manajemen Logistik FEB UNDIP. “Di Semarang, Pak,” kata Harno optimis tentang masa depan anak-anaknya.

DI Ibu Kota Negara, Jakarta, yang dari hari ke hari diwarnai hidup berkalkulasi dengan angka-angka untung – rugi ini, ketika menemukan sosok serupa Suharno, terasa hilang dahaga bak kafilah yang tengah kehausan menemukan oase di padang pasir nan serasa tak bertepi.

Baca Juga  Memaknai Politik Identitas

Di Jakarta, mungkin bukan cuma Suharno, orang kelas bawah, yang berlaku rendah hati dan bermurah hati

Adalah pasti dari orang-orang seperti Suharno, entah disadari atau tidak, akan lebih banyak orang belajar ilmu yang begitu tinggi: *Ikhlas*

Tulisan ini, memang membicarakan Suharno dengan aktivitas sosialnya. Tetapi, Suharno, cuma ngobrol “selewatan” di belakang tembok RSUD Pasar Rebo.

Ia berucap cuma sepotong-sepotong selintas. Tak tahu, dia bakal ditulis seperti ini. Ia tidak riya’ .

Dia orang kecil, tempat kepadanya banyak orang belajar ikhlas.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan