Banyuwangi, jurnalbicara.com
Seiring dengan tumbuhnya rasa saling peduli antar pelajar, Inovasi program Siswa Asuh Sebaya (SAS) di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur berkembang menjadi program Sekolah Asuh Sekolah.
Inovasi tersebut muncul atas ide dari tim SAS di setiap sekolah. Meski mereka masih anak-anak, namun sikap dan niat untuk membantu mengatasi kekurangan siswa yang lain patut diacungi jempol.
Untuk mengupas secara mendalam program SAS di SMPN 1 Banyuwangi, tim meliput secara langsung kegiatan yang dilakukan, Jum’at (26/8/2022) yang dimulai pukul 08.00 WIB.
Sejak pagi, ratusan pelajar dari perwakilan tiga sekolah tingkat menengah yang di undang hadirkan oleh SMPN 1 Banyuwangi dengan bersemangat mengikuti rangkaian kegiatan ini. Mereka dilatih membangun kekompakan, kerjasama, tanggungjawab, saling bantu-membantu, menumbuhkan rasa empati, dan menciptakan kesolidan.
Kepala sekolah SMPN 1 Banyuwangi, M. Sodiq, S.Pd menjelaskan, masing-masing tim SAS yang mengikuti kegiatan ini terdiri dari smua murid SMP PGRI Banyuwangi, MTS Matholiul Ulum, SMP Al Anwari dan perwakilan guru. Mereka dilatih menumbuhkan rasa empati dan dididik untuk berorganisasi.
“Menjadi pengurus SAS sama halnya berorganisasi. Sebuah organisasi harus punya program kerja, memiliki kegiatan, dan juga harus punya administrasi dan pelaporan,” ujar M. Sodiq
M. Sodiq juga mencontohkan, sebagai ketua tim SAS, seorang siswa harus memiliki program kerja, punya inovasi, dan mempunyai jiwa kepemimpinan. Jika tidak, organisasi yang dia pimpin tidak akan berjalan dengan baik.
Kegiatan SAS ini yang notabene diperuntukkan bagi kalangan internal sekolah justru berkembang untuk membantu sekolah lain yang lebih membutuhkan. Dana giat ini digali dari dana sukarela setiap murid, ada juga beberapa tim SAS sekolah lain di Banyuwangi yang tidak optimal menggali dana sukarela dari siswanya. Biasanya itu terjadi di sekolah-sekolah pelosok yang rata-rata siswanya dari keluarga kurang mampu. Jadi, Kesadaran dan gerakan saling tolong menolong inilah yang dimaksud dengan Sekolah Asuh Sekolah, ujar M. Sodiq.
Selain giat antara murid dengan murid, Giat SAS ini juga diberlakukan antara guru pendamping dengan guru dari SMPN 1 Banyuwangi yang berisikan materi dengan konsep P5. Untuk mendukung kesuksesan Merdeka Belajar, perlu memahami konsep Proyek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“P5 ini merupakan bagian dari struktur Kurikulum Merdeka selain pembelajaran intrakurikuler. Pengenalan implementasi P5 di sekolah bertujuan bagaimana merangsang, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan P5 di sekolah dan juga merupakan pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung sesuai dengan karakteristik lingkungan sekitar agar anak memiliki kompetensi global dan berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” tutup M. Sodiq
Hal lain disampaikan ketua OSIS SMPN 1 Banyuwangi Rossyana Alyna Rachim, tujuan dari giat SAS ini memberikan pameran tentang kurikulum merdeka, dengan harapan menjadi inspirasi belajar lebih tinggi. “Mendapatkan pengalaman berorganisasi yang lebih tinggi juga dan khususnya bisa memperbanyak teman dan menambah jaringan wawasan,” pungkasnya.
Penulis : Ari